Akan tiba masanya ketika
penelitian yang telah ditekuni dalam jangka waktu panjang akan mengungkap
hal-hal yang kini masih tersembunyi. Sepanjang hayat, meskipun seluruhnya
dicurahkan untuk mengamati langit, tidak akan cukup untuk menyelidiki persoalan
yang sedemikian luas. Pengetahuan ini baru akan terkuak setelah berabad-abad. Akan
tiba masanya ketika keturunan kita terheran-heran mengapa kita tidak mengetahui
hal-hal yang bagi mereka tampak jelas. Banyak penemuan yang masih mengunggu
berabad-abad untuk muncul, ketika ingatan tentang kita terhapus. Alam semesta
kita sungguh remeh apabila tidak memiliki sesuatu untuk diselidiki pada setiap
zaman. – Seneca, Naturales Quaestiones.
Kosmos adalah segala yang ada
atau pernah ada atau akan ada. Ukuran dan umur Kosmos melampaui pemahaman
manusia biasa. Tenggelam di antara keluasan dan keabadian, di situ lah planet
kecil tempat tinggal kita. Dalam perspektif kosmik, sebagian besar urusan
manusia terlihat tidak penting, bahkan remeh. Penjelajahan pikiran akan Kosmos
membutuhkan daya khayal dan skeptisme. Daya khayal seringkali membawa manusia
ke dunia yang tidak pernah ada, namun tanpa daya khayal, kita tidak akan pergi
ke mana-mana. Skeptisme membuat membuat manusia bisa membedakan khayalan dari
kenyataan untuk menguji spekulasi kita. Kosmos kaya bukan kepalang –dalam hal
fakta-fakta elegan, hubungan-hubungan yang sangat menarik dan mekanisme yang
rumit.
Permuakaan Bumi adalah tepi dari
lautan kosmik. Dari situ manusia telah belajar sebagian besar dari apa yang
kini manusia ketahui. Belakangan ini, manusia telah sedikit memasuki lautan
itu, sekadar mencelupkan jemari atau menbasahi mata kaki. Airnya tampak mengundang.
Lautan memanggil. Sebagian dari kita menyadari bahwa itulah tempat asal kita.
Kita mendambakan untuk kembali pulang. Aspirasi ini tidaklah tak sopan, meski
mungkin mengusik Tuhan mana pun.
Dimensi Kosmos sangatlah besar
sehingga penggunaan satuan jarak yang lazim dipakai dalam kehidupan sehari-hari
di Bumi, misalnya kilometer menjadi tidak praktis. Kita butuh satuan jarak
dalam kecepatan cahaya. Dalam waktu satu detik, seberkas cahaya menempuh jarak
hampir 300.000 kilometer, atau tujuh kali keliling Bumi. Dalam waktu delapan
menit, cahaya menjalar dari Matahari ke Bumi. Dengan kata lain, jarak Matahari
adalah delapan menit cahaya. Dalam setahun, cahaya melintasi jarak hampir
sepuluh triliun kilometer. Satuan panajng tersebut, jarak yang ditempuh cahaya
dalam waktu satu tahun, disebut satu tahun cahaya. Yang diukur bukan waktu,
melainkan jarak, –jarak yang sangat jauh.
Bumi adalah suatu tempat, namun
tidak berarti Bumi adalh satu-satunya tempat. Bahkan Bumi bukanlah tempat yang
khas. Tidak ada planet atau bintang atau galaksi yang khas karena sebagian
besar Kosmos merupakan ruang kosong. Satu-satunya tempat yang khas di ruang
hampa di semesta yang luas dan dingin ini adalah malam abadi di ruang
antargalaksi, tempat yang begitu asing dan sepi hingga planet-planet,
bintang-bintang dan galaksi-galaksi tampak begitu langka dan indah. Seandainya
secara acak dimasukkan ke dalam Kosmos, peluang kita berada di atas atau di
dekat satu planet adalah di bawah satu per satu miliar triliun triliun ($10^{33}$),
angka satu diikuti 33 angka nol). Dalam kehidupan sehari-hari, peluang sekecil
itu membangkitkan ketakjuban. Dunia begitu berharga.
Dari posisi yang tepat di ruang
antargalaksi, kita akan melihat gelungan-gelungan cahaya redup yang tak
terhitung banyaknya, tersebar seperti buih-buih air laut di gelombang angkasa.
Gelungan-gelungan cahaya itu adalah galaksi. Beberapa galaksi merupakan
pengelana tunggal; sebagian besar galaksi menghuni gugus komunal (berkelompok),
berkumpul bersama-sama, di kegelapan kosmik yang luas. Di hadapan kita adalah
Kosmos dalam skala terbesar yang kita kenal. Kita berada di dunia nebula,
delapan miliar tahun cahaya dari Bumi, setengah jalan menuju tepi alam semesta
yang kita ketahui.
Galaksi terdiri atas gas dan debu
serta bermiliar-miliar bintang. Setiap bintang bisa menjadi matahari bagi
seseorang. Di dalam galaksi terdapat bintang-bintang dan planet-planet, dan
barangkali ada banyak makhluk hidup, makhluk cerdas, dan peradaban yang
menjelajahi antariksa. Kira-kira terdapat ratusan miliar ($10^{11}$)
galaksi, masing-masinggalaksi rata-rata mengandung seratus miliar bintang. Di
semua galaksi, jumlah planet barangkali sebanyak jumlah bintang, yaitu $10^{11}$ bintang/galaksi x $10^{11}$ galaksi, atau $10^{22}$, sepuluh miliar
triliun buah bintang. Mengingat jumlah yang begitu besar tersebut, berapa
kemungkinan satu bintang biasa, yaitu Matahari memiliki planet yang dihuni
makhluk hidup? Mengapa kita, yang tersembunyi pada sudut Kosmos bisa begitu
beruntung? Tampaknya mungkin alam semesta ini penuh dengan kehidupan, namun
kita belum mengetahuinya? Jarak delapan miliar tahun cahaya, kita bakal
kesulitan menemukan gugus tempat Galaksi Bimasakti tempat kita berada, apalagi
menemukan Matahari dan Bumi yang serupa dengan tempat kita berada di tempat
lain. Satu-satunya planet yang diyakini dihuni adalah setitik palent dari
batuan dan logam, berswinar redup berkat pantulan cahaya Matahari, dan jarak
sejauh itu tidaklah tampak sama sekali.
Terdapat istilah Grup Lokal
galaksi, dengan diameter beberapa juta tahun cahaya, Grup Lokal beranggotakan
sekitar dua puluh galaksi.
Bersambung